Khutbah Iedul Adha 1432 H

(Sejatinya Khutbah ini siap posting pada malam Ied Al-Adha, namun dikarenakan jaringan paket data IM3 yang saya gunakan agak ngeyel -karena setelah berkali-kali saya coba posting ternyata tetap tidak mampu mengupload seluruh isi khutbah ini sekaligus-, maka, terpaksalah baru bisa diupload hari ini setelah seluruh darah hewan kurban kering dan seluruh jamaah haji Indonesia undangan khusus dari Raja Abdullah As-Saud telah kembali ke tanah air. Bagi kloter jamaah haji standar Kemenag yang pulang secara bertahap... afwan, saya hanya bisa mendoakan mudah-mudahan selamat sampai di tanah air dan diganjar Allah dengan haji mabrur, bukan mabuuur)

Muqaddimah

الحمد لله، الذي شرّع على المسلمين الحج والعمرة، والصيام والتضحية، لتكون لهم علامةَ الإيمانِ والطاعة.


نحمده ونستعينه ونستغفره ونستهديه، في كل لحظة وثانية يعطيها لنا من عنده فرصة وبركة.


ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، عياذا متلوا بالمغفرة والرحمة والتوبة والسماحة.


أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، خالقُ السماوات والأرض وما بينهما من البرية.


وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، خاتمُ الأنبياء والمرسلين وحامل تعب الرسالة بكل حماسة.


فالصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم لقاء رب الجنة.


أما بعد، فيا عباد الله، أوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون.


وقد قال الله تعالى في القرآن الكريم: ياأيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.


الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.


Puji syukur hanyalah untuk Allah Ta’ala, Yang telah memberikan nikmat dan rahmat-Nya, petunjuk dan ampunan-Nya, kepada seluruh kaum muslimin di manapun mereka berada.

Puji syukur hanyalah untuk Allah Ta’ala, Yang mempertemukan kaum muslimin dalam kumpulan-kumpulan jama’ah dan Yang mengundang mereka ke padang Arafah.

Puji syukur hanyalah untuk Allah Ta’ala, Yang mempersaudarakan kita dalam ikatan Aqidah suci, Aqidah Tauhid, Aqidah Ibrahim, Ismail dan Ishaq Alaihimus Salam dan Aqidah seluruh Nabi.

Shalawat serta salam, semoga tetap tercurah atas Rasulillah Muhammad bin Abdillah, yang berjuang bertaruh nyawa di medan da’wah dan jihad, demi tegaknya kalimatillah.

الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.

Napak Tilas Millah Ibrahim

Merayakan Iedul Adha, ibarat menapak tilasi kehidupan bapak para Nabi dan Rasul, Ibrahim A.S. Beliaulah yang dikenal sebagai bapak Tauhid, seorang Rasul Ulul Azmi, yang selalu mempunyai keteguhan dalam memperjuangkan aqidah, meskipun berada dalam lingkungan yang musyrik, sistem yang musyrik, bahkan keluarga yang musyrik.

Beliaulah yang pertama kali mencerna kehidupan manusia dengan ketajaman akal dan kejernihan batin, hingga mampu mencapai pemahaman Tauhid yang sempurna, pemahaman yang menghapus belenggu atas diri manusia, sehingga tidak lagi terseret untuk menyerahkan diri dan memberikan ketaatannya kepada sesama makhluq.

Pemahaman yang kemudian dijuluki Millah Ibrahim, suatu Millah, suatu ajaran, yang kemudian disampaikan oleh seluruh Rasul Alaihimus Salam, yang membebaskan umat manusia dari penjara syirik, penjara kesalahfahaman dalam mengenali sang Khaliq, penjara yang membuat penghuninya melakukan kezhaliman terhadap hak-hak Allah SWT.

Disebutkan dalam Al-Quran:

قُلْ صَدَقَ اللّهُ فَاتَّبِعُواْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (سورة آل عمران 95)

“Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah millah Ibrahim yang hanif, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.”

Ajaran yang hanif

Millah Ibrahim A.S. adalah agama yang hanif. Agama yang lurus, yang dengan sepenuh hati menyatakan: لا إله إلا الله , sebuah persaksian bahwa tiada tuhan yang patut disembah dan ditaati selain Allah SWT. Sebuah agama yang selalu berpedoman pada apa yang disyariatkan oleh Allah tanpa bertanya ataupun mengeluh dan tanpa peduli apakah syariat itu berat ataupun ringan.

Dari Millah Ibrahim A.S. inilah muncul syari’at Haji dan Qurban dalam Islam, sebagai sebuah napak tilas akan ketaatan Ibrahim A.S. dan keluarganya. Suatu ketaatan yang tidak pernah mempertanyakan betapa berat atau betapa aneh dan ganjilnya suatu perintah dari Allah SWT.

الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.

Gambaran Haji

Hari Sabtu kemarin adalah momen yang luar biasa bagi sebagian saudara kita yang berkesempatan menunaikan ibadah haji di tanah suci. Momen yang tidak bisa dilupakan karena mereka menyaksikan bagaimana Allah SWT mempersatukan mereka dalam tali Ukhuwwah Islamiyyah, tali persaudaraan dalam Akidah Tauhid yang mendasari Millah Ibrahim A.S.

Wuquf

Mereka menyaksikan di tanah Arafah, berbagai macam ras manusia, dengan berbagai macam status ekonomi dan sosial, bersama-sama melaksanakan wuquf dan mengumandangkan talbiyah.

Mereka juga merasakan bagaimana perbedaan ras dan perbedaan bangsa di antara mereka telah luntur, perbedaan derajat sosial antara pemimpin dan rakyat telah hilang, perbedaan posisi antara si kaya dan si miskin telah musnah. Karena Allah SWT membuktikan dan membentangkan di hadapan mereka, bahwa ternyata mereka adalah sama.

Thawaf

Pada hari berikutnya mereka akan melaksanakan thawaf mengelilingi Baitullah, dalam balutan kain ihram berwarna putih yang menyimbolkan kesederhanaan, toleransi dan kemudahan untuk semua orang. Yang tak berbeda jauh dengan kondisi kiswah penutup Ka’bah pada masa Rasulullah SAW yang juga terbuat dari kain sederhana yang mudah dibuat untuk menutupi seluruh bidang dindingnya.

Batu-batu yang tersusun sebagai dinding Ka’bah ini, laksana tubuh seorang manusia yang sedang berhaji, yang sedang terbalut pakaian ihram. Sementara Hajar Aswad yang terpatri dalam sebuah lingkaran yang terbuat dari perak, bak sebuah bola mata yang sedang mengawasi gerak-gerik kaum muslimin yang sedang thawaf di sekitarnya.

Inilah Masjidil Haram, yang selama ribuan tahun sejak masa Ibrahim A.S. tetap menjadi tempat suci yang di dalamnya selalu dikumandangkan do’a ke hadirat Allah SWT dengan tulus dan ikhlas.

Inilah Masjidil Haram, yang menjadi tempat pertemuan hati banyak kaum muslimin yang sedang merindu Sang Khaliq, tempat yang selalu disirami Rahmat Allah Ta’ala, sepanjang waktu dan sepanjang zaman.

الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.

Sa’i

Pada momen berikutnya, kaum muslimin yang sedang berhaji bisa menapak tilasi keteguhan dan ketaatan Ibunda Hajar juga putranya Ismail A.S. ketika mereka ditinggalkan oleh Ibrahim A.S. di padang tandus Makkah atas perintah dari Allah SWT.

Al-Quran menyebutkan:

رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37) سورة إبراهيم

“Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku menempatkan anak-cucuku di sebuah lembah yang tidak memiliki tanaman di sisi rumah-Mu yang mulia, wahai Tuhan kami, hendaklah engkau jadikan mereka orang-orang yang mendirikan sholat, lalu jadikanlah hati-hati manusia suka kepada mereka dan berilah mereka rizki dari jenis buah-buahan agar mereka bersyukur.”

Lalu muncullah Sa’i. Rangkaian lari-lari kecil antara Shofa dan Marwah yang dahulunya dilakukan Ibunda Hajar untuk mencari air buat si kecil Ismail A.S.

Betapa sulitnya dua pilihan yang harus dihadapi oleh Ibunda Hajar, antara pergi mencari air guna mempertahankan hidup, ataukah tetap bertahan di sisi putranya yang masih bayi yang membutuhkan dirinya.

Di sinilah keteguhan Ibunda Hajar diuji oleh Allah SWT, untuk membuktikan keikhlasan dan kepasrahan diri kepada Sang Khaliq Yang Maha Agung. Hingga pada saatnya, diberikanlah kepadanya mata air Zam-Zam sebagai balasan keikhlasan beliau dalam menunaikan ketaatan kepada Allah SWT.

Mata air suci ini, tidak hanya terbatas untuk beliau dan putranya saja, akan tetapi, berkat keikhlasan dan ketaatan Ibunda Hajar-lah seluruh manusia yang tinggal di lingkungan itu dapat merasakan manfaatnya, hingga masa kita berada.

Gambaran Qurban

Di tempat yang suci itu pula Allah menguji keimanan dan ketaatan Ibrahim A.S. dan putranya Ismail A.S. dengan menurunkan perintah yang luar biasa ganjil.

Perintah menyembelih

Allah SWT memerintahkan kepada Ibrahim A.S. untuk menyembelih putra kesayangannya Ismail A.S. yang merupakan perintah yang sangat berat yang tak dapat dinalar dan difahami oleh manusia kebanyakan.

Al-Quran menyebutkan kisah ini dengan ringkas:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) سورة الصافات

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Betapa beratnya perintah itu, namun, betapa hebat keimanan bapak dan anak ini yang tanpa ragu-ragu sedikitpun menerima perintah tersebut dan tanpa bertanya-tanya barang sejenakpun mengapa perintah itu diberikan.

Dengan pembuktian keimanan tersebut, Allah SWT menjadikannya sebagai suatu syariat, yaitu syariat melaksanakan qurban yang diwarisi oleh kaum muslimin secara khusus untuk menunjukkan dan membuktikan keimanan di hadapan Allah SWT.

الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.

Membuktikan Keimanan

Maka sudah tugas kita sebagai ummat yang menerima warisan dan menjadi penerus ajaran mereka, untuk membuktikan keimanan diri sebagaimana Ibrahim A.S. dan keluarganya membuktikan keimanan mereka.

Hakekat Iman

Para ulama banyak berbicara tentang Iman, di antaranya mereka menyebutkan bahwa Iman adalah:

تصديق بالقلب وقول باللسان وعمل بالجواريح

“Pembenaran dengan hati, ucapan dengan lidah dan amalan dengan anggota badan.”

Artinya, ketika seseorang menyatakan diri sebagai manusia beriman, maka ia harus membuktikan imannya dengan tiga hal; yaitu dengan hati, dengan ucapan dan dengan amal perbuatan.

Jika ia tidak mau membuktikan imannya dalam hati, maka ia telah menjadi munafiq, karena hanya munafiqlah yang mengaku beriman hanya lewat mulut dan perbuatan, namun hatinya penuh dengan kekufuran yang tidak rela Allah sebagai Tuhannya dan Islam sebagai agamanya. Keadaan manusia seperti ini layaknya seorang Abdullah bin Ubay, ketua munafiq di Madinah yang selalu membuat makar tersembunyi terhadap Islam.

Begitu pula jika ia tidak mau membuktikan imannya dengan lisan, maka ia telah menjadi kafir ataupun murtad, karena hanya si kafirlah orangnya yang enggan bersyahadat untuk membuktikan imannya, meskipun hatinya percaya dan meskipun seluruh anggota tubuhnya beramal shalih dan berinfaq dengan harta bendanya. Keadaan manusia seperti ini ibarat Abu Thalib, salah seorang dari paman Nabi S.A.W yang menolak bersyahadat pada akhir hayatnya meskipun ia telah membantu dan melindungi beliau dari makar dan tipu daya kaum Quraisy.

Begitu pula jika ia tidak pernah mau membuktikan imannya dengan amal shalih, maka dengan sendirinya ia telah menjadi seorang fasiq, yang tidak peduli kepada perintah ataupun larangan Allah dalam syari’at Islam. Ia hanya melabeli dirinya sebagai muslim tak lebih sebagai status agama dalam KTP-nya saja. Keadaan manusia seperti ini bak para pecandu ma’shiyat, yang tidak peduli dan tidak mau tahu bahwa ma’shiyat yang sedang ia lakukan bisa jadi telah menggugurkan iman dan syahadatnya.

Maka melalui mimbar ini, saya mengajak kepada diri saya pribadi dan seluruh jama’ah yang hadir agar kembali melihat dan memeriksa kondisi keimanan masing-masing, jangan sampai diri kita terkena percikan lumpur fasiq, noda nifaq ataupun karat kerak kekufuran. Jangan sampai kita menjadi orang yang fasiq dalam ketaatan, yang munafiq dalam keimanan serta kafir dalam pemikiran dan perbuatan.

الله أكبر الله أكبر ولله الحمد.

Fungsi Iman

Iman adalah kunci ketaatan. Maka tidak mungkin seseorang yang menjaga imannya lalai dalam beribadah, atau membuka auratnya sekehendak hati, apalagi berlenggang di muka bumi dengan menebar kerusakan dan menistai ajaran Islam.

Iman adalah kunci keberanian. Maka seseorang yang menjaga imannya akan selalu berani mengatakan yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil, yang ma’ruf itu ma’ruf dan yang munkar itu munkar.

Seseorang yang imannya terjaga, maka ia akan berani membela Allah, Rasul juga agama-Nya ketika salah satu diantaranya dilecehkan oleh manusia-manusia jahil yang digelari professor ataupun kiai. Ia akan selalu siap dan berani untuk berjihad membela ketiganya dari jahatnya makar-makar kafir yang berusaha menentangnya.

Maka saudaraku seiman dan seislam, bertanyalah kepada diri anda, “Apakah anda sudah bersikap taat?” “Apakah anda sudah bersikap berani?”

Buktikan keimanan anda dan jangan jadikan syahadat hanya sekedar ucapan pemanis mulut saja.

الله أكبر الله أكبر ولله الحمد.

Usaha dalam mengikuti jalan para Nabi dan Rasul Alaihimussalam

Allah SWT berfirman:

قوا أنفسكم وأهليكم نارا

“Jagalah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka”

Ini adalah amanat sekaligus perintah dari Allah untuk membentengi diri kita dan diri keluarga kita dari kerusakan-kerusakan yang berputar di sekeliling kita.

Lihatlah generasi kita, lihatlah kerusakan aqidah mereka, lihatlah kerusakan moral dan kerusakan gaya hidup mereka yang dengan ironisnya mereka banggakan.

Lihatlah racun-racun yang selalu ditampilkan oleh TV-TV kita, media-media kita, tempat-tempat hiburan kita, bahkan majalah-majalah, novel-novel ataupun komik-komik yang dibaca anak-anak kita seakan bersepakat mengajarkan bahwa mengikuti bintang-bintang yang hilang malu dan moralnya adalah keren, bahwa bergaya hidup seenaknya adalah asyik dan bahwa berperilaku seperti kafir adalah hebat dan luar biasa, lalu menyindir dan melecehkan bahwa berpegang kepada Tauhid adalah aneh dan ekstrim, sementara berakhlaq mulia dianggap sebagai tradisi kampungan, kuno dan memalukan.

Lihatlah bagaimana kaum muslimin dilenakan dari ketaatan kepada Allah SWT. Lihatlah bagaimana mereka dirayu untuk mengikuti kehidupan bergaya Yahudi dan Nashrani. Lihatlah bagaiman umat ini diajak bernyanyi, berpesta pora, bergaul bebas tak kenal aturan, berzina, bergosip, menggunjing, menghujat, mencuri dengan korupsi, menghayal, mengingat dunia, melupakan kematian dan akhirat bahkan sampai pada melupakan Tuhannya.

Maka tak heran Indonesia dikepung banyak bencana, dari kebakaran hutan hingga ancaman banjir, dari tanah longsor hingga gempa bumi, namun parahnya justru ditindak lanjuti oleh sebagian masyarakat dengan tindakan syirik yang menghina Allah SWT dengan melakukan larung sesaji, baik di laut, di hutan ataupun di gunung-gunung.

Naudzubillahi min dzalik!

Maka, bentengilah diri dan keluarga kita. Jangan beri kesempatan pengaruh-pengaruh buruk media elektronik dan cetak merusak generasi kaum muslimin dan gantilah dengan mengajak mereka untuk berkenalan dan berkawan dengan Al-Qur’an, menghafalnya dan memahaminya, mengamalkannya dan menyampaikannya, karena itulah yang dilakukan Muslim dan tak akan pernah dilakukan oleh yang Kafir.

Janganlah kita bosan mengajarkan Aqidah Islam dan keimanan yang teguh serta selalu mencontohkan Akhlaq Mulia kepada remaja-remaja dan anak-anak kita, agar fitrah, jiwa dan nuraninya selalu terjaga. Apalah guna kecerdasan dan kepintaran anak-anak kita di bangku sekolah jika hanya menghasilkan manusia culas yang pandai menipu dan pandai mencuri uang amanah.

كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته

"Tiap orang adalah pemimpin, dan tiap pemimpin bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya."

Maka marilah kita menjaga bersama-sama apa yang menjadi tanggung jawab kita, menjaga keluarga dan masyarakat kita, agar tetap berada di jalur Tauhid dan jalan Islam, sebagai pemahaman serta penghormatan kita terhadap usaha dan perjuangan Ibrahim A.S. beserta keluarganya, dan sebagai napak tilas serta sikap ittiba’ kita terhadap Rasul-rasul Allah Alaihimussalam pemimpin kaum muslimin di surga.

Mudah-mudahan kita selalu diberi kekuatan untuk selalu mengikuti jejak langkah mereka.

الله أكبر الله أكبر ولله الحمد.

Dan sebagai penutup, saya berpesan kepada para muballigh dan teman-teman da'i di mana saja. Untuk selalu mengingat sabda Rasulullah:

إِنَّ طُولَ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلَاةَ وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ رواه مسلم

"Sesungguhnya panjangnya sholat seseorang dan pendeknya khutbah seseorang adalah tanda -dalamnya- ilmu atau pemahamannya. Maka panjangkanlah sholat dan pendekkanlah khutbah."

قال الله تعالى في القرآن الكريم: إن الله وملائكته يصلون على النبي، يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما.


اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على آل إبراهيم وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على آل إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد.


اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياءِ منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات.


ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين ءامنوا ربنا إنك رءوف رحيم.


ربنا إننا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين.


ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب.


ربنا أرنا الحق حقا وارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطلا وارزقنا اجتنابه.


ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما.


ربنا إنا نعوذ بك من العجز والكسل والجبن والبخل والهرم وعذاب القبر.


ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.


عباد الله، إن الله يأمركم بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي لعلكم تذكرون ولذكر الله أكبر.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.


Balongbendo, 6 Nopember 2011

No comments:

Post a Comment

Terbaru

recentposts

Sementara Itu

randomposts