An-Nakiroh dan Al-Ma’rifah (bagian 14)

Al-Maushul



Al-Maushul Al-Ismi


Al-Maushul Al-Ismi ada dua macam: Nash dan Musytarak. Yang dimaksud dengan Nash adalah kata-kata yang tidak pernah digunakan oleh bangsa Arab kecuali untuk Al-Maushul. Adapun yang dimaksud dengan Musytarak adalah kata-kata yang disamping digunakan oleh bangsa Arab sebagai Al-Maushul, juga digunakan untuk yang lainnya.

 

Nash

Yang termasuk dalam Nash ada 8 macam, yaitu:

  1. اَلَّذِيْ


Yang digunakan untuk Mufrad Mudzakkar (bentuk tunggal laki-laki) baik untuk Al-'Aqil (sesuatu yang berakal) atau Ghairul 'Aqil (sesuatu yang tidak berakal).

Contohnya, firman Allah SWT dalam surah Az-Zumar 74:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ صَدَقَنَا وَعْدَهُ


(Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami).


Pada contoh di atas, kata اَلَّذِيْ digunakan sebagai Al-Maushul dari sesuatu yang 'Aqil yaitu Lafzhul Jalalah atau Allah SWT.

Contoh yang lain disebutkan dalam firman Allah SWT di surah Al-Anbiya' 103:

هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ


(Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian).


Pada contoh tersebut, kata اَلَّذِيْ digunakan sebagai Al-Maushul dari sesuatu yang Ghairul 'Aqil yaitu kata يَوْمُكُمْ (hari kalian) atau hari Qiyamah.

اَلَّذِيْ termasuk Isim yang Mabni (tidak mengalami perubahan harakat akhir), sehingga digunakan dalam bentuk yang tetap pada posisi Rafa', Nashab maupun Jarr.

  1. اَلَّتِيْ


Yang digunakan untuk Mufrad Muannats (bentuk tunggal perempuan) baik untuk Al-'Aqilah (sesuatu yang berakal) atau Ghairul 'Aqilah (sesuatu yang tidak berakal).

Seperti disebutkan dalam firman Allah SWT di surah Al-Mujadilah ayat 1:

قَدْ سَمِعَ اللهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا


(Sungguh Allah telah mendengar ucapan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu tentang suaminya).


Pada contoh di atas, kata اَلَّتِيْ digunakan sebagai Al-Maushul dari sesuatu yang 'Aqilah yaitu seorang perempuan yang mengadukan suaminya kepada Rasulullah SAW.

Contoh yang lain disebutkan dalam firman Allah SWT di surah Al-Baqarah 142:

مَا وَلاَّهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِيْ كَانُوْا عَلَيْهَا


(Apakah yang memalingkan mereka dari kiblat mereka yang dahulu mereka menghadap kepadanya?).


Pada contoh tersebut, kata اَلَّتِيْ digunakan sebagai Al-Maushul dari sesuatu yang Ghairul 'Aqilah yaitu kata قِبْلَتُهِمْ (kiblat mereka).

اَلَّتِيْ juga termasuk Isim Mabni (tidak mengalami perubahan harakat akhir), sehingga bentuknya tetap pada posisi Rafa', Nashab maupun Jarr.

  1. اَلَّذَانِ


Yang digunakan untuk Mutsanna Mudzakkar (bentuk dua dengan sifat laki-laki) baik untuk Al-'Aqilani (dua yang berakal) atau Ghairul 'Aqilain (dua yang tidak berakal).

Seperti disebutkan dalam firman Allah SWT di surah An-Nisa 16:

وَالَّذَانَ يَأْتِيَانِهَا مِنكُمْ فَآذُوهُمَا


 (Dan terhadap dua orang dari kalian yang melakukan perbuatan keji, maka berilah hukuman kepada keduanya).


Pada contoh di atas, kata اَلَّذَانِ digunakan sebagai Al-Maushul dari sesuatu yang 'Aqilani yaitu dua orang yang melakukan zina.

Contoh yang lain disebutkan dalam suatu riwayat di kitab Shahih Bukhari:

قَالَ أَبُوْ لُبَابَةَ الأَنْصَارِيِّ إِنيِّ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهىَ عَنْ قَتْلِ الجِنَّانِ اَلَّتِيْ تَكُوْنُ فِي الْبُيُوْتِ إِلاَّ الأَبْتَرُ وَذَا الطُّفُيَتَيْنِ فَإِنَّهُمَا الَّذَانِ يَخْطِفَانِ الْبَصَرَ وَيَتَتَبَّعَانِ مَا فِيْ بُطُوْنِ النِّسَاءِ


(Abu Lubabah Al-Anshari berkata: sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW melarang membunuh ular-ular yang ada di dalam rumah kecuali yang pendek ekornya dan yang punya dua garis hitam karena keduanya adalah dua yang menyilaukan pandangan manusia dan menyelidiki apa yang ada di dalam perut-perut para wanita).

Pada contoh di atas, kata اَلَّذَانِ digunakan sebagai Al-Maushul dari sesuatu yang Ghairul 'Aqilain yaitu dua macam ular.

Dalam perubahan I'rab, اَلَّذَانِ mengalami perubahan sebagaimana Isim-isim Mutsanna yang lain yaitu perubahan huruf Alif Mutsanna menjadi Ya' Mutsanna.

Kedua contoh di atas menunjukkan اَلَّذَانِ dalam kondisi Rafa' sehingga menggunakan Alif Mutsanna sebagai tanda I'rabnya. Adapun ketika dalam kondisi Nashab ataupun Jarr maka tanda yang digunakan adalah Ya' Mutsanna.

Contohnya firman Allah SWT dalam surah Fushshilat 29 berikut ini:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلاَّنَا مِنَ الْجِنِّ وَالإِْنسِ


(Dan orang-orang kafir berkata: "Wahai Tuhan kami perlihatkanlah kepada kami dua jenis yang telah menyesatkan kami (yaitu) sebagian dari jin dan manusia").

Pada contoh di atas, اَلَّذَانِ berada pada posisi Nashab karena menjadi Maf'ul Bih Tsani atau objek penderita kedua sehingga mengalami perubahan tanda I'rab menjadi اَلَّذَيْنِ yang menggunakan Ya' Mutsanna sebagai tandanya.

Tambahan:

Dari segi pembentukannya, kata اَلَّذَانِ sebenarnya tidak mengikuti kaidah pembentukan kata yang baku dalam bahasa Arab. Sebab, bentuk tunggal dari اَلَّذَانِ adalah اَلَّذِيْ yang bila dibentuk menjadi Mutsanna maka yang harus dilakukan adalah menambahkan Alif dan Nun di akhir kata tersebut sehingga semestinya dibaca اَلَّذِيَانِ tanpa membuang huruf Ya' dan bukan dibaca اَلَّذَانِ seperti yang lazim digunakan.

Hal ini terjadi dikarenakan bangsa Arab membedakan perubahan Isim Mutsanna yang berasal dari Isim Mu'rob dengan Isim Mutsanna yang berasal dari Isim Mabni seperti اَلَّذِيْ ini. Untuk Isim Mutsanna yang berasal dari Isim Mabni, mereka membuang huruf akhirnya terlebih dulu sebelum menambahkan Alif dan Nun. Dengan demikian huruf Ya' yang ada di akhir kata اَلَّذِيْ harus dibuang terlebih dahulu sebelum dijadikan Mutsanna sehingga menjadi اَلَّذِ , lalu ditambahkanlah Alif dan Nun di akhirnya sehingga menjadi اَلَّذَانِ seperti yang kita kenal.

Secara ringkas, bangsa Arab mempunyai beberapa variasi untuk اَلَّذَانِ ini. Yaitu:

1.   اَلَّذَانِ

Bentuk ini adalah bentuk yang paling banyak digunakan secara luas baik dalam pembicaraan sehari-hari maupun dalam nash-nash Al-Qur'an, Al-Hadits juga sya'ir.

2.   اَلَّذَانِّ

Bentuk ini digunakan oleh kabilah Tamim dan Qais, yaitu dengan menambahkan Tasydid pada huruf Nun di akhirnya sebagai ganti dari huruf Ya' di akhir kata اَلَّذِيْ yang telah dibuang sebelum pembentukan Mutsannanya sekaligus untuk menegaskan perbedaan bahwa Isim Mutsanna ini berasal dari Isim Mabni.

Penggunaan seperti ini tidak terpaku hanya pada kondisi Rafa' saja seperti yang dicetuskan oleh kelompok Al-Bashriyyun, namun digunakan juga dalam kondisi Nashab ataupun Jarr seperti dalam salah satu Qira'ah Sab'ah (tujuh bacaan Al-Qur'an yang mutawatir) untuk surah Fushshilat ayat 29:

رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِّ أَضَلاَّناَ


("Wahai Tuhan kami perlihatkanlah kepada kami dua jenis yang telah menyesatkan kami")


Seperti terlihat pada contoh di atas, kata اَللَّذَيْنِّ -yang menggunakan Tasydid pada huruf akhirnya- digunakan pada posisi Nashab tanpa ada masalah dan hal ini menunjukkan bahwa penggunaan اَلَّذَيْنِّ tidak hanya pada kondisi Rafa' saja, tapi juga boleh digunakan pada kondisi Nashab ataupun Jarr.

3.   اَلَّذَا

Bentuk seperti ini digunakan oleh beberapa kelompok dari kabilah Rabi'ah termasuk kabilah Balharits bin Ka'ab.

Contoh penggunaannya bisa dilihat dari bait sya'ir karya Al-Akhthal An-Nashrany:

* أَبَنِي كُلَيْبٍ إِنَّ عَمَّيَّ الَّذَا * قَتَلاَ الْمُلُوْكَ وَفَكَّكَا الأَغْلاَلاَ *


(Apakah ia dari Bani Kulaib? Sesungguhnya dua pamankulah yang membunuh raja-raja dan yang membuka belenggu-belenggu).

Pada contoh di atas digunakan kata اَلَّذَا yang artinya sama persis dengan اَلَّذَانِ dan kata ini berada pada posisi Rafa' yaitu Khabar Inna sehingga menggunakan huruf Alif Mutsanna di akhirnya sebagai tanda I'rab dan tidak menggunakan huruf Nun di akhirnya sebagai ciri khas bahasa kabilah Rabi'ah dan Balharits.

  1. اَللَّتَانِ


Yang digunakan untuk Mutsanna Muannats (bentuk dua dengan sifat perempuan) baik untuk Al-'Aqilatani (dua yang berakal) atau Ghairul 'Aqilatain (dua yang tidak berakal).

Seperti disebutkan dalam pertanyaan Ibnu Abbas R.A. kepada Khalifah Umar ibnul Khattab R.A. berikut ini:

يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ مَنِ اللَّتَانِ تَظَاهَرَتَا عَلىَ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَزْوَاجِهِ؟


("Wahai Amirul Mu'minin, siapakah dua orang perempuan yang memprotes Rasulullah SAW dari golongan istri-istrinya?")

Pada contoh di atas, kata اَللَّتَانِ digunakan sebagai Al-Maushul dari sesuatu yang 'Aqilatani yaitu dua orang perempuan dari istri-istri Rasulullah SAW.

Contoh yang lain adalah ucapan sahabat Anas R.A. yang mengomentari surah Al-A'la dan Al-Ghasiyah ketika dibaca pada saat shalat 'Ied:

إِنَّهُمَا لَلسُّوْرَتَانِ اللَّتَانِ قَرَأَ بِهِمَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


(Sesungguhnya keduanya adalah benar-benar dua surah yang Rasulullah SAW membacanya).

Pada contoh di atas, kata اَللَّتَانِ digunakan sebagai Al-Maushul dari sesuatu yang Ghairul 'Aqilatain yaitu dua surah yang dibaca ketika shalat 'Ied.

Dalam perubahan I'rab, اَللَّتَانِ mengalami perubahan sebagaimana Isim-isim Mutsanna yang lain yaitu perubahan huruf Alif Mutsanna menjadi Ya' Mutsanna.

Kedua contoh di atas menunjukkan اَللَّتَانِ dalam kondisi Rafa' sehingga menggunakan Alif Mutsanna sebagai tanda I'rabnya. Adapun ketika dalam kondisi Nashab ataupun Jarr maka tanda yang digunakan adalah Ya' Mutsanna.

Contohnya ucapan Aisyah R.A. yang menceritakan cara shalat Rasulullah SAW berikut ini:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَفِّفُ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الصُّبْحِ


(Adalah Nabi SAW meringankan dua rakaat yang sebelum shalat subuh).

Pada contoh di atas, اَللَّتَانِ berada pada posisi Nashab karena menjadi Na'at atau Shifah dari Maf'ul Bih yang juga dalam kondisi Nashab sehingga mengalami perubahan tanda I'rab menjadi اَللَّتَيْنِ yang menggunakan Ya' Mutsanna sebagai tandanya.

Tambahan:

Dari segi pembentukannya, kata اَللَّتَانِ sebenarnya tidak mengikuti kaidah pembentukan kata yang baku dalam bahasa Arab. Sebab, bentuk tunggal dari اَللَّتَانِ adalah اَلَّتِيْ yang bila dibentuk menjadi Mutsanna maka yang harus dilakukan adalah menambahkan Alif dan Nun di akhir kata tersebut sehingga semestinya dibaca اَللَّتِيَانِ tanpa membuang huruf Ya' dan bukan dibaca اَللَّتَانِ seperti yang lazim digunakan.

Kasus seperti ini adalah sama persis dengan apa yang terjadi pada pembentukan اَلَّذَانِ yang sudah kita bahas sebelumnya, yaitu: karena bangsa Arab membedakan perubahan Isim Mutsanna yang berasal dari Isim Mu'rob dengan Isim Mutsanna yang berasal dari Isim Mabni seperti اَلَّتِيْ ini. Untuk Isim Mutsanna yang berasal dari Isim Mabni, mereka membuang huruf akhirnya terlebih dulu sebelum menambahkan Alif dan Nun. Dengan demikian huruf Ya' yang ada di akhir kata اَلَّتِيْ harus dibuang terlebih dahulu sebelum dijadikan Mutsanna sehingga menjadi اَلَّتِ , lalu ditambahkanlah Alif dan Nun di akhirnya sehingga menjadi اَللَّتَانِ seperti yang kita kenal.

Secara ringkas, bangsa Arab mempunyai beberapa variasi untuk اَللَّتَانِ ini. Yaitu:

1.   اَللَّتَانِ

Bentuk ini adalah bentuk yang paling banyak digunakan secara luas baik dalam pembicaraan sehari-hari maupun dalam nash-nash Al-Qur'an, Al-Hadits juga sya'ir.

2.   اَللَّتَانِّ

Bentuk ini digunakan oleh kabilah Tamim dan Qais, yaitu dengan menambahkan Tasydid pada huruf Nun di akhirnya sebagai ganti dari huruf Ya' di akhir kata اَلَّتِيْ yang telah dibuang sebelum pembentukan Mutsannanya sekaligus untuk menegaskan perbedaan bahwa Isim Mutsanna ini berasal dari Isim Mabni.

Penggunaan seperti ini tidak terpaku hanya pada kondisi Rafa' saja seperti yang dicetuskan oleh kelompok Al-Bashriyyun, namun digunakan juga dalam kondisi Nashab ataupun Jarr seperti halnya اَلَّذَانِّ.

3.   اَللَّتَا

Bentuk seperti ini digunakan oleh beberapa kelompok dari kabilah Rabi'ah termasuk kabilah Balharits bin Ka'ab.

Contoh penggunaannya bisa dilihat dari bait sya'ir karya Al-Akhthal An-Nashrany:

* هُمَا اللَّتَا لَوْ وَلَدَتْ تَمِيْمٌ * لَقِيْلَ فَخْرٌ لَهُمْ صَمِيْمٌ *


(Kedua perempuan itu adalah dua orang perempuan yang kalau Bani Tamim melahirkan keduanya maka akan dikatakan bahwa mereka punya kebanggaan yang murni).

Pada contoh di atas digunakan kata اَللَّتَا yang artinya sama persis dengan اَللَّتَانِ dan kata ini berada pada posisi Rafa' karena berada pada posisi Khabarul Mubtada' sehingga menggunakan huruf Alif Mutsanna di akhirnya sebagai tanda I'rab dan tidak menggunakan huruf Nun di akhirnya sebagai ciri khas bahasa kabilah Rabi'ah dan Balharits.

 

(bersambung)

 

No comments:

Post a Comment

Terbaru

recentposts

Sementara Itu

randomposts